Sabtu, 22 Juni 2013

Bukan salah Jurusan ^_^

Hidup adalah melulu tentang pilihan. Seluruh kegiatan yang kita jalankan sehari ini merupakan pilihan yang kita ambil sebelumnya. Mau mengangkat seorang pemimpin menggunakan konsep pemilu (Pemilihan Umum), mau nikah pun harus milah-milah hari baik buruk yang sebenernya kurang rasional, bahkan kita mau jadi seorang yang sukses atau gagal pun itu ditentukan oleh sebuah pilihan menurut saya.
Kesalahan dalam menentukan pilihan bisa aja terjadi, contoh entengnya saja salah jurusan waktu naik angkot. Mudah aja menamatkan kesalahan ini, cari rute balik ke titik awal, terus pilihlah angkot yang sesuai, beres. Tapi gimana kalo perkara salah jurusan dengan skala yang lebih besar, yaitu salah milih jurusan kuliah. Gak segampang cari rute balik lalu pilih jurusan yang sesuai. Dan sialnya sepertinya hal ini menghinggapi kehidupan saya.

Mundur sedikit ke masa dimana pilihan besar harus ditentukan, yaitu saat memilih mau melanjutkan hidup yang seperti apa pasca SMA. Bukan hal yang aneh jika kita yang pernah mengalami masa ini merasa bingung mau kemana kita setelah lulus, mau jadi mahasiswa, jadi pengusaha, jadi pekerja ataupun jadi ibu rumah tangga. Karena beranggapan bahwa pendidikan dan gelar adalah hal paling utama untuk melanjutkan hidup, maka saya mengambil pilihan menjadi mahasiswa dan lebih tepatnya mahasiswa kebidanan. Pilihan yang cukup jauh dari rencana saya sebenarnya. Karena dulu gak sanggup untuk kuliah di jurusan paling dicita-citakan anak kecil yaitu tentara dan dihadapkan bahwa seorang lulusan IPA ya harus lanjut ke jalur IPA karena sia-sia kalau gak, maka terpilihlah salah satu bidang penjurusan bidan yang bernama kebidanan. Dengan alasan dan iming-iming bahwa lulusan kebidanan banyak dibutuhkan di dunia pekerjaan, maka saya tergiur untuk terjun mencicipi manisnya jurusan kebidanan yang berprospek ini.

Singkat cerita, bukan manis yang terasa tapi pahit yang mendera. Hasil perkuliahan selalu jauh dari harapan, ilmu-ilmu hanya jadi selingan, tak bebekas sama sekali. Sempat ibu saya berujar “Sebenernya kamu sanggup gak ?  Mulai muncul pemikiran, harusnya dulu pilih tentara aja karena emang dari dulu pengen banget jadi tentara lihat-lihat cewek yang jadi tentara terlihat gagah, hehe.

Apa ini yang disebut salah jurusan?. Setelah 1 tahun menjalani ini semua dan terlambat untuk mengganti pilihan, saya baru sadar. Bukan, bukan pilihannya yang salah tapi cara yang saya ambil yang salah begitupun cara pengajaran yang dilakukan. Seharusnya sejak awal saya serius dan mengambil jalan aktif terhadap dosen, sehingga mungkin nasib baik datang lebih awal. Menurut saya lagi, tidak ada salah jurusan, semua benar. Tergantung dari bagaimana cara kita menjalankan pilihan jurusan tersebut. Selain perbaikan dalam diri, perlu ada yang dibenahi  dalam sistem mengajar. Terkadang bagi sebagian dosen, saya menangkap mereka hanya melaksanakan kewajiban mengajar tanpa ada semangat dan niat. Tanpa semangat ini lah yang selanjutnya menular ke saya.

Sayangnya penyesalan selalu datang terlambat, lebih lambat daripada polisi-polisi di film india hehe… Seandainya kesadaran akan pentingnya keseriusan selama kuliah datang lebih awal. Seandainya ada mesin waktu yang mampu mengembalikan ke waktu 1 tahun lalu, maka waktu gak akan terbuang lebih banyak. Tapi sayang itu hanya mimpi, dan dihadapkan pada kenyataan bahwa kondisi seperti ini. Maka jalan terbaik adalah menghadapi dengan segenap usaha terbaik yang dimiliki. Penyesalan hanya membuat sia-sia dan mesin waktu hanya khayalan. Ibarat kita naik bis mau ke jakarta, ada banyak pilihan bis yang disajikan, ada ramayana, kramat jati, handoyo dan lainnya. Pada dasarnya semua sama. Semua pastinya membawa kesuksesan, hanya saja jalan dan rintangannya yang berbeda-beda. Jadi semua tergantung bagaimana cara kita menikmati perjalanan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar