Sabtu, 15 Juni 2013

ibu adalah motivator ku

Aku belajar banyak hal dari Ibuku. Ibu yang sudah mengajarkanku menjadi sosok wanita yang tangguh dalam menjalani kehidupanku di dunia ini. Beliau adalah motivator terbesarku untuk terus berdiri menghadapi kerasnya hantaman ombak kehidupan. Darinya aku memperolah cinta, kasih sayang dan harapan untuk maju.

Hampir 18 tahun aku hidup di keluarga yang penuh cinta. Cinta memang tak banyak terungkap secara jelas tapi cinta itu begitu besar aku rasakan. Dan cinta dari Ibu-lah yang menjadi motivasi utamaku meraih harapan dan mimpiku. Disetiap doa Ibu, namaku disebut. Dari doa Ibu, aku mendapat kemudahan dalam mencapai impian dan cita-citaku. Terima kasih Ibu.

1 tahun yang lalu, setiap jam 4 pagi aku dibangunkan. Jadwal sehari-hari sudah disiapkan untukku. Pada jam tersebut Ibuku membangunkanku dengan teriakan suaranya yang keras. Ketika malas menyerangku, Ibu akan menyiapkan air di gayung untuk membasuh wajahku agar aku bangun. . Aku sering malas sehingga lebam dan lecet kerap menghiasi tubuhku. Aku takut dicubit Ibu, aku mau Ibu senang maka aku pun berusaha mematuhi apa perintah Ibuku.

Jam 5 pagi, sesuai jadwal yang telah ditentukan, aku harus sholat dan selanjutnya membantu Ibu memasak, mencuci piring atau menyapu halaman. Sejak kecil aku sudah terbiasa mencuci dan menyetrika bajuku sendiri. Jika aku malas, cubitan itu akan hinggap lagi di tubuhku. Aku sering menangis, Ibu. Tapi aku yakin ini cara Ibuku mengajarkanku agar aku menjadi anak rajin.

Aku sering melakukan hal yang tidak disukai Ibuku yaitu membuat suatu kesalahan seperti telat pulang sekolah,berbohonbg hanya untuk mendapatkan waktu untuk bermain bersama teman-temanku , tidak menepati jadwal sehari-hari, dan sebagainya. Ibu memarahi dan mencubitku. Aku menangis, Ibu. Tapi aku yakin Ibu sedang mengajarkanku bagaimana aku harus bertanggung jawab dan berkomitmen terhadap sesuatu yang sedang aku jalankan. Begitu hari-hari selanjutnya berlalu.

Tahun berganti tahun dan Ibuku masih terus menjadi sosok penting dalam hidupku. Ucapannya yang terkadang menyakiti sudah menjadi makanan sehari-hari dan penyemangat untuk hidupku. Cubitan dan kemarahannya membuatku menjadi seorang anak yang penurut. Aku memang sering menangis, Ibu. Tapi aku yakin Ibu sedang mengajarkanku bagaimana aku bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuaku.

Saat istimewa buat aku adalah ketika aku masuk kuliah, dan untuk pertama kalinya berpisah rumah dengan orang tuaku. Saat itulah pertama kali Ibu mencium pipi dan keningku setelah lama Ibu tidak melakukannya. Aku rasakan kebahagiaan terbesar menjadi anak Ibu, merasakan besarnya sayangmu, Ibu  walau memang sudah asing bagiku menerima perlakuan indah Ibu.

Terpisah jauh dari keluarga saat aku di bangku perkuliahan tidak membuatku jauh dari sosok Ibu. dengan cmc dan telpon yang rutin aku terima setiap hari. Jujur aku memang butuh perhatianmu, Ibu. dengan aku terus menghubungi dan menelepon Ibu untuk menanyakan kabar, memastikan Ibu sehat saja, aku sudah merasa sangat bahagia. Menangis di saat Ibu sedih dan tertawa ketika mendengar Ibu senang.  Aku ingin Ibu tahu, aku sangat bahagia telah menjadi buah hatimu.

Ketika aku pulang ke rumah sesekali, memang ada sambutan istimewa untukku. upaya ibu untuk memasak makanan kesukaanku. Ketika aku pulang ke rumah, aku tetap menjadi anak yang Ibu didik untuk melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci baju, membersihkan rumah, memasak, dan lain-lain. Aku menikmatinya, Ibu

Dari kecil sampai saat ini aku terus belajar memahami Ibuku dan terus berusaha menunjukkan besarnya rasa sayangku kepada Ibuku. Aku yakin apapun cara yang dilakukan Ibuku dalam mendidik dan membesarkanku adalah wujud betapa besarnya kecintaan Ibu kepadaku, menunjukkan besarnya kasih sayang Ibu kepadaku. Inilah cara ibu menyayangiku. Dari Ibu aku belajar menjadi sosok wanita yang dewasa dan tangguh dalam menjalani hidup. Ibu-lah motivator utama dalam hidupku. Terima kasih Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar